Selasa, 29 Juli 2025

Bias Gender dalam Media Anak

 Dimuat di Suara Merdeka Minggu 3 Desember 2000


Judul buku : Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-Anak 

Penulis: Drs Sunarto MSi

Halaman : 495 halaman

Tahun terbit : 2000 

Penerbit  : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

               Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Bias Gender dalam Media Anak


BIAS gender sebagai suatu hunjaman ideologi telah memulai tarikh rekayasa pembentukannya sedari manusia masih kanak-kanak. Drs Sunarto Msi asumsi ini, kemudian mempertalikannya dengan media anak-anak yang menurut perspektif dugaannya menjadi biang pendirus bias gender.

Substansi pemikiran inilah agaknya yang menggulirkan transformasi gagasan tersebut menuju realisasi penulisan. Suatu realisasi penulisan yang pada mulanya mengambil bentuk tesis S2 pada Program Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia-Jakarta.

Sunarto memiliki target humanis ketika memutuskan untuk memperluas wilayah edar publikasi tesisnya dalam bentuk buku. Pada kulit belakang buku, dia menulis: “Informasi yang bias gender akan sangat berbahaya bagi perkembangan sosial anak-anak pada masa depan dalam memandang keberadaan wanita. Upaya-upaya ideologis untuk membongkar nilai-nilai yang bias gender di media massa anak-anak mempunyai posisi strategis bagi pembentukan generasi yang egaliter, generasi yang memandang individu secara menyeluruh, tidak bersikap diskriminatif terhadap jenis kelamin tertentu. Dalam konteks demikian agaknya buku ini mencoba untuk menempatkan dirinya.”

Tentu saja anak-anak dalam tautan ini tidak menjadi sasaran langsung. Yang menjadi sasaran dari target humanis buku ini adalah kesadaran orang tua dan anak-anak itu. “Secara sosial, penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat umum, orang tua pada khususnya, terhadap bentuk-bentuk informasi yang bias gender dalam media anak-anak. Dengan terbentuknya kesadaran itu diharapkan dapat memberikan kontribusi pula upaya-upaya membentuk tatanan masyarakat yang lebih egaliter melalui penanaman nilai-nilai yang bebas bias gender pada media anak-anak.” (hlm 14).

Pada posisinya sebagai upaya ideologis dalam merestrukturisasi nilai-nilai yang terlalu berpihak pada dominasi patriarkis untuk bergerak pada kulminasi capaian ekuilibrium berupa tatanan yang egaliter secara proposional, agaknya substansi gagasan buku ini hendak mengambil peran pragmatisnya.

Kehadiran buku ini sekaligus juga menjadi semacam penanda kian panjang deretan khazanah referensi gender dengan guyuran kooptasi konsep feminisme. Kali ini dengan adonan yang sedemikian pas dan liat bersama langkah pengadopsian teori kritis.

Teori kritis itu, menurut pandangan Stephen W Littlejohn (Theories of Human Commnunication, 1966) berdasarkan kutipan Sunarto memiliki penanda kateristik. Adanya upaya pemahaman atas pengalaman kehidupan individu dalam konteks sosial kemasyarakatan pada kehidupan sehari-hari. Dan ketiga, adanya upaya sadar untuk menyatukan antara teori dan tindakan. (hlm 17).

Lalu mengapa pilihan subjek penelitiannya jatuh pada cerita anak-anak? Untuk menjawabnya, penulis buku ini mengutip pendapat Rhoda Unger dan Mary Crowford. Dalam pandangan penulis buku Women and Gender: A Feminist Psychology (1992) itu, lingkungan yang memiliki andil potensi besar dalam mencurahkan kooptasi bagi pengonstruksian steorotip gender salah satunya cerita-cerita dalam komunikasi peran gender yang disediakan oleh lingkungan keluarga, teman sepermainan, sekolah, berikut bacaan-bacaan.

Variasi penerimaannya dapat secara fleksibel diresepsi secara verbal-oral, verbal-tulis, verbal-audio, dan verbal-visual. Dan tak pelak lagi, cerita anak-anak dalam majalah sebagai bentuk informasi verbal-tulis dan verbal-visual merupakan media yang akrab dengan anak-anak, teristimewa mereka yang sudah mengenyam pendidikan dasar. (hlm 72-73).

Analisis isi kuantitaif dan analisis wacana menjadi jembatan epistemologis dalam perjalanan mencapai tujuan penelitian. Pengaplikasian analisis isi kuantitatif untuk menjawab tujuan menggambarkan kecenderungan  berbagai peran gender yang dijalankan oleh tokoh wanita dan pria dalam fiksi di majalah anak-anak selama periode  tahun 1970-an, 1980-an, dan 1990-an.

Penerapan analisis wacana untuk menjawab tujuan menjelaskan indikasi-indikasi ideologi gender dominan tertentu yang dilakukan tokoh wanita dan pria. Analisis wacana ini dikombinasikan dengan analisis naratif.

Buku dengan pengantar cerdas dari Melani Budianta dan Dhita Hapsarani ini memang bisa sebagai awal sebuah perjuangan ideologis untuk membebaskan ketertindasan kaum wanita dari peradabannya. (Jokomono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyumas, antara Jawa dan Sunda

 Judul: Banyumas, antara Jawa dan Sunda  Penulis: Sugeng Priyadi Penerbit: Kerja Sama Penerbit Mimbar dan The Ford Foundation-Yayasan Adikar...