Selasa, 29 Juli 2025

Eksploitasi Masyarakat Jawa Masa Kolonial

 Dimuat di Suara Merdeka Minggu 6 Mei 2001


Judul buku : Dampak Agro Industri di Daerah Persawahan di Jawa

Penulis: Sarjana Sigit Wahyudi

Halaman : 346 halaman

Tahun terbit : 2001

Penerbit : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

               Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Eksploitasi Masyarakat Jawa Masa Kolonial


BUKU ini membedah kembali dengan tenaga kecerdasan historiografi, raut peristiwa masa lalu di Jawa pada akhir abaf XIX hingga abad XX. Atmosfir suasananya tatkala sepak terjang pemerintah kolonial Belanda laksana vampire rakus menghisaphabis tuntas setiap potensi agroindustri, yang terkadang di tanah makmur dari suatu wilayah tempo dulu, termasuk Hindia Belanda.

Potensi agroindustri itu mencangkup komoditas dalam kutub kategorial sektor ekonomi Barat dan berdaya jual di pasaran internasioanal. Salah satu komoditas itu gula pasir yang mengusung konsekuensi penyewaan lahan-lahan persawahan untuk penanaman tebu.

Merujuk Bijlage XXV, terkuak representasi bukti betapa eksploitasi daerah persawahan untuk kepentingan industri gula pasir telah menghadirkan keresahan rakyat. Afdeling SidoarjoDistrik Gedangan tidak luput dari jangkauan imbasan keresahan sosial-ekonomi itu. JA Van Blommenstein, seorang kontrolir yang pernah bertugas di situ, dalam nota rahasianya menulis bahwa perekonomian rakyat di daerah itu hanya bersifat semu bentuk kemakmurannya, karena penghidupan masyarakat lebih ditentukan oleh nilai kredit (hlm 156).

Pemberontokan yang juga kesohor dengan Pemberontakan Gedangan ini mendapat porsi status sebagai moment opname dalam stadi buku ini.

Kendati Pemberontakan Gedangan itu akhirnya gagal, sedikitnya ada dua hal yang dapat dicatat. Pertama, Pemberontakan Gedangan itu jenis gerakan melawan ketidakadilan di lingkungan perkebunan dengan ciri-ciri masyarakat yang frontir dan cair terhadap sejumlah nilai, sehingga membubuhkan indikator kekhasan sifat tradisional pergolakan sosial pada masa itu.

Kedua, Pemberontakan Gedangan membuka cakrawala pandang penguasa kolonial sehingga mendorong good will untuk melakukan peninjauan kembali terhadap Kontrak Arends hingga masalah kesejahteraan masyarakat negeri jajahan (hlm 284-285).

Buku dengan kata pengantar Dr Sugianto Padmo MSc ini berhasil menghidupkan kembali nuansa suasana penetrasi yang menjerat kehidupan para petani pada akhir abad XIX hingga awal abad XX di Pulau Jawa.

Suatu langkah penetrasi kolonial yang beranak dari aplikasi perubahan hak milik tanah dengan aturan-aturan yang mengaksentuasi kehadiran sistem hukum Barat di Hindia Belanda. Berlanjut introduksi kepada masyarakat seputar komoditas yang laku di pasar pelbagai sektor kehidupan mereka. Terlebih ketika mesin eksploitasi lantas menjadi sukma kebijakan penguasa kolonial. (Jokomono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Banyumas, antara Jawa dan Sunda

 Judul: Banyumas, antara Jawa dan Sunda  Penulis: Sugeng Priyadi Penerbit: Kerja Sama Penerbit Mimbar dan The Ford Foundation-Yayasan Adikar...