Dimuat di Suara Merdeka Minggu 2 November 2008
Judul buku : Gay Pilihan Jalan Hidupku, Pengakuan Seorang Priyayi Jawa Masa Penjajahan Belanda
Penyunting : Amen Budiman
Halaman : 234 halaman
Tahun terbit : 2008
Penerbit : Mimbar Media Utama Semarang
Pengakuan Gay Zadul
BUKU ini diterbitkan pada saat yang tepat, yakni ketika banyak orang bertanya-tanya mengenai tingkah gay yang menyimpang. Tak hanya dalam naluri seks, namun juga menyimpang dalam hal perilaku sosial.
Yang menarik, ini adalah penuturan seorang gay, Soetjipto, yang hidup di Surabaya pada masa penjajahan Belanda. Dari sini kita akan bisa menyimak apakah faktor setting sosial pada zaman itu bisa memengaruhi seseorang laki-laki untuk lebih suka terhadap sesama lelaki?
Soetjipto menuturkan kisah hidupnya sejak masih kecil hingga menginjak dewasa, terutama saat merasakan mempunyai perangai yang sangat ganjil. “Aku mengarang buku ini karena perbuatanku di dunia ini sangat ganjil.” (hlm 1).
Kisah Soetjipto dapat sampai ke tangan pembaca berkat ketekunan almarhum Amen Budiman, budayawan, peneliti, dan penulis sejarah. Teks ini adalah sebuah naskah autobiografi seorang homoseks priyayi Jawa pada awal abad XX. Sepanjang pengetahuan dia, inilah satu-satunya naskah autobiografi seorang homoseks dalam koleksi naskah Nusantara.
Dalam catatan Amen Budiman, sejak tahun 1920-an hingga 1930-an di beberapa kta di Indonesia telah terdapat cukup banyak homoseks. Mereka berasal dari beragam bangsa. Tidak hanya orang Belanda, tetapi juga Tionghoa, Arab, dan pribumi. Status mereka juga berbagai macam, mulai dari pegawai pemerintah, polisi, tentara, pedagang, penjahit, dokter, guru, wartawan, pegawai perusahaanperkebunan, dan lain-lain.
Dari apa yang dikisahkan Soetjipto ada beberapa hal yang dapat kita catat. Pertama, latar belakang sosial ternyata bisa memengaruhi seseorang laki-laki lebih tertarik pada lelaki.
Kedua, benarkah seorang gay sering lupa daratan saat jatuh cinta? Betulkah kehidupan mereka akhirnya sering amburadul tidak karuan? Benarkah akibat cinta, harta mereka sering ludes tiada tersisa? Dan benarkah karena cinta, mereka sering mata gelap, sampai-sampai melakukan pembunuhan dan akhirnya harus mendekam di penjara? Tak semua gay mempunyai kecenderungan seperti itu.
Soetjipto mengingatkan, “Bukan candu saja yang bisa membuat busuk. Suka dengan lelaki, jika tidak terjaga, juga bisa membuat busuk.” (M. Ali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar