Selasa, 29 Juli 2025

Banyumas, antara Jawa dan Sunda

 Judul:

Banyumas, antara Jawa dan Sunda 

Penulis:

Sugeng Priyadi

Penerbit:

Kerja Sama Penerbit Mimbar dan The Ford Foundation-Yayasan Adikarya IKAPI

Jumlah halaman:

xvi +  292 p. ; 20 cm. 


Sinopsis:


Banyumas bukanlah sebuah desa yang tumbuh menjadi kota, namun dibangun langsung ke sebuah kota pada abad keenam belas oleh Adapati (bupati) Mrapat. Banyumas sebagai pusat kekuatan baru adalah oposisi biner toponim Toyareka setelah pindah dari Wirasaba. Saat itu, Banyumas hanya dihuni oleh bupati sampai awal abad ke-19. Pusat itu kemudian dipindahkan kembali ke tempat yang sekarang dikenal sebagai Banyumas tua dan tetap di sana sampai tahun 1937. Bupati Sudjiman Mertadiredja Gandasubrata kemudian memindahkan ibu kota Karesidenan dan Kabupaten Banyumas ke Purwokerto, meninggalkan Banyumas - yang pernah menjadi kota terbesar di kediaman , sama seperti ibu kota kawedanan atau kecamatan (kotamadya).

Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-Anak


Judul Buku:

Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-Anak

Pengarang:

Sunarto

Penerbit:

Kerja Sama Mimbar Media Utama dan 

Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation

Deskripsi Fisik:

xvi, 495 hlm. : ilus. ; 20 cm.

ISBN:

9799036100


SINOPSIS:

Buku ini bertujuan menjelaskan pembagian kerja secara seksual dan peran gender dominan dalam media. Media massa cenderung melakukan refleksi kritis terhadap ideologi dominan yang memapankan ketimpangan gender. Teori Kelompok Terbungkam dan Perspektif Feminis Sosialis menjelaskan fenomena yang terjadi. Berdasarkan penelitian, perempuan masih mengalami ketertindasan secara sistematis melalui pembagian kerja secara seksual dalam media. Teks melakukan subordinasi dengan menguatkan stereotip feminin perempuan sehingga dianggap pantas mengerjakan pekerjaan di ranah domestik, sedangkan laki-laki di ranah publik.

Halah Pokokmen, Kupas Tuntas Dialek Semarangan

 Judul buku:

     Halah Pokokmen, Kupas Tuntas Dialek Semarangan

Penulis: 

Hartono Samidjan

Penerbit 

Kerja Sama Mimbar Media Utama dan Pemkot Semarang


Sinopsis:

Buku ini semula tulisan Hartono Samidjan (yang lahir dan dibesarkan di Semarang) di harian Suara Merdeka dalam Rubrik “Rame Kondhe” setiap hari Senin mulai 30 Maret 2009. Karena itu, buku ini mendekripsikan apa dan bagaimana bahasa semarangan itu. Uraian mengenai sejumlah kata khas dan daerah sebaran dialek semarangan itu merupakan pengalaman pribadi penulisnya sebagai salah satu penutur ragam bahasa tersebut. Buku ini enak dibaca dan perlu, karena penulisnya adalah seorang jurnalis yang kini bertugas sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Suara Merdeka.

50 Tahun RSI Sultan Agung, Berkhidmat Menyelamatkan Umat

 Judul buku

50 Tahun RSI Sultan Agung, Berkhidmat Menyelamatkan Umat

Penulis 

Agus Fathuddin Yusuf dan Tim

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku ini mengupas tuntas RSI Sultan Agung, dari mulai awal berdiri hingga tumbuh dan besar pada 50 tahun kemudian. Buku dengan Kata Pengantar Wakil Presiden Prof Dr KH Ma’ruf Amin ini juga diwarnai komentar para tokoh mengenai rumah sakit Islam ini. Termasuk Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

80 Tahun Kiai Ahmad Darodji

 Judul buku:

     80 Tahun Kiai Ahmad Darodji

Penulis: 

Agus Fathuddin Yusuf dan Tim

Pengantar:

Prof Dr KH Ma’ruf Amin (Wapres RI)

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku dengan kata pengantar Wakil Presiden Ma’ruf Amin, kata sambutan Gubernur Jateng Ganar Pranowo, kata sambutan Kapolda Jateng Irjen Pol Drs Ahmad Luthfi SH SSt MK, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah H Mustain Ahmad SH MH, dan Wali Kota Semarang Dr Hendrar Prihadi SE MM ini berisi biografi Dr KH Ahmad Darodji (Ketua Umum MUI Jateng), dilengkapi dengan berbagai komentar para tokoh di Jawa Tengah tentang sosok Kiai Ahmad Darodji yang genap berusia 80 tahun saat buku selesai disusun. Jadi, buku ini  menjadi kado ulang tahun teristimewa bagi ulama yang berperan penting dalam membangun kemaslahatan umat, bangsa, dan negara ini.

Kiprah Hendi Membangun Kota Semarang

 Judul buku:

     Kiprah Hendi Membangun Kota Semarang

Penulis: 

Agus Fathuddin Yusuf dan Tim

Pengantar:

H Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama RI) dan Tjahjo Kumolo (Menteri 

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi)

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku dengan kata pengantar Menteri Agama  H Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo (kini almarhum) ini berisi kiprah Dr Hendrar Prihadi SE MM (Wali Kota Semarang, yang kini Kepala  LKPP) dalam membangun dan memajukan Kota Semarang,  dilengkapi foto-foto kegiatan serta  komentar para tokoh terpilih di Jawa Tengah tentang sosok Hendi (panggilan akrab Hendrar Prihadi). Keberhasilannya dalam memajukan Kota Semarang itulah yang kemudian membawanya ke tugas baru dari Presiden Jokowi sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Kiai Muslih Mranggen SANG PENGGERAK dan Panutan Sejati

 Judul buku:

     Kiai Muslih Mranggen SANG PENGGERAK dan Panutan Sejati

Penulis: 

Agus Fathuddin Yusuf dan Tim

Pengantar:

Prof Dr KH Ma’ruf Amin (Wapres RI)

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku dengan kata pengantar Wakil Presiden Ma’ruf Amin, iftitah pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen KH Muhammad Hanif Muslih,  kata sambutan Rais Aam Syuriah PBNU  2018-2020 KH Miftachul Akhyar Abdul Ghoni, Menteri Agama 2019-2020 Fachrul Razi, Gubernur Jateng Ganar Pranowo, kata sambutan Panglima Kodam IV Diponegoro Mochamad Effendi SE MM, kata sambutan Kapolda Jateng Irjen Pol Drs Ahmad Luthfi SH SSt MK, Ketua Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji ini berisi sejarah perjuangan KH Muslih Abdurrahman sebagai penggerak perkembangan Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, Jateng, dengan memadukan ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh  masyarakat dan agama di penjuru Nusantara, dengan berbagai profesi sosial kemasyarakatan. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai komentar para ulama dan tokoh di Jawa Tengah.

Menghalau Ombak, Menembus Batas (50 Tahun Bankaltim)

 Judul buku

Menghalau Ombak, Menembus Batas (50 Tahun Bankaltim)

Penulis dan Penyunting

Tavifrudi dan Nugroho DS

Penerbit 

Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan Bankaltim


Sinopsis:


Setelah digandeng Bank Jateng untuk menyusun buku 50 Tahun Bank Jateng, Penerbit Mimbar Media Utama dipilih sebagai mitra profesional Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur atau BPD Kaltim atau Bank Kaltim untuk menyusun buku 50 Tahun Bankaltim. Bank berkantor pusat di Kota Samarinda  ini didirikan dengan tujuan membantu dan memajukan Kalimantan Timur membangun Indonesia. Kiprahnya selama 50 tahun itulah yang disajikan dalam buku ini. Mulai dari perintisan pendirian hingga berkembang dan maju pada usia 50 tahun kemudian. Hasil liputan Tim Mimbar Media selama sekitar tiga bulan di Kaltim soal Bankaltim, disajikan dalam buku eksklusif Menghalau Ombak Menembus Batas ini.

Menjala Waktu di Lawang Sewu

 Judul buku

Menjala Waktu di Lawang Sewu

Penulis 

Bambang Supranoto

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku kumpulan puisi karya Bambang Supranoto ini menawarkan catatan dan kesan pribadi kepenyairannya terhadap Kota Semarang. Persepsi subjektif yang dituangkannya dalam bait-bait liris memberikan kesan mendalam dalam proses penilaiannya. Kita diajak mengelana lalu memasang antena jiwa agar bisa merasakan bagaimana sebuah kota bersuara ketika menggeliat oleh keluh kesah dan suka cita kesehariannya.

Panggil Aku Irine Saja

 Judul buku

Panggil Aku Irine Saja

Penulis 

Edy Purnomo

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Novel ini mengisahkan remaja putri bernama Irine. Dia beradaptasi menjadi anak masa kini, santun pada masa lama. Tak ada salah yang tak bisa dimaafkan, tak ada rindu yang tak bisa ditemukan. Menunggu demikian lama kekasih untuk datang melamar, baginya menjadi kebahagiaan dari kisah hidup.

Dampak Agro Industri di Daerah Persawahan di Jawa

 Judul:

Dampak Agro Industri di Daerah Persawahan di Jawa 

Penulis:

Sarjana Sigit Wahyudi

Penerbit:

Kerja Sama Penerbit Mimbar dan Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation


Sinopsis:

Melayani Tanpa Diskriminasi, Profil Anggota DPRD Kota Salatiga 2019-2024

 Judul buku

Melayani Tanpa Diskriminasi, Profil Anggota DPRD Kota Salatiga 2019-2024

Penulis dan Penyunting

Dian Chandra dan Tavifrudi

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku ini berisi sejarah Kota Salatiga, visi-misi dan profil 25 anggota DPRD Salatiga yang dipilih pada Pemilihan Umum Legislatif 2019.

Mengabdi untuk Rakyat, Profil Anggota DPRD Kota Tegal 2019-2024

 Judul buku

Mengabdi untuk Rakyat, Profil Anggota DPRD Kota Tegal 2019-2024

Penulis 

Dian Chandra, Wawan Hudiyanto, dan Tavifrudi

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku ini berisi sejarah Kota Tegal, sejarah DPRD Kota Tegal, dan profil 30 anggota DPRD Tegal yang dipilih dari empat daerah pemilihan pada Pemilihan Umum Legislatif 2019, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan, dan Margadana.

Polisi Ngaji (Jejak Langkah Kapolres Wonosobo AKBP Abdul Waras)

 Judul buku

Polisi Ngaji (Jejak Langkah Kapolres Wonosobo AKBP Abdul Waras)

Penulis 

Uje Hartono

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku semacam autobiografi ini lebih berisi tentang Program Polisi Ngaji yang digagas Kapolres Wonosobo (waktu itu) AKBP Abdul Waras. “Ngaji” di sini bukan hanya mempelajari ilmu-ilmu agama, melainkan upaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat melalui berbagai kegiatan.

Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil, Generasi Emas Indonesia

 Judul buku

Resep Makanan Baduta dan Ibu Hamil, Generasi Emas Indonesia

Penulis 

Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos

Penerbit 

Mimbar Media Utama


Sinopsis:

Buku dengan kata pengantar Prof Dr (HC) Hj Megawati Soekarnoputri, Dr (HC) Puan Maharani Ssos, dan I Gusti Ayu Bintang Darmawati SE, MS ini berisi Buku menjawab kebutuhaan masyarakat akan adanya referensi menu harian yang terjangkau dan bernutrisi tinggi. Berbagai alternatif resep makanan telah dikreasikan sebagai rujukan pemenuhan gizi bagi Baduta yang terindikasi stunting dan Ibu Hamil KEK, Anemia, maupun Komorbid. Buku ini menyajikan variasi resep makanan bergizi dari bahan pangan lokal yang terjangkau, beraneka ragam, lezat, serta kaya akan rempah khas Indonesia.

.

Bias Gender dalam Media Anak

 Dimuat di Suara Merdeka Minggu 3 Desember 2000


Judul buku : Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-Anak 

Penulis: Drs Sunarto MSi

Halaman : 495 halaman

Tahun terbit : 2000 

Penerbit  : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

               Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Bias Gender dalam Media Anak


BIAS gender sebagai suatu hunjaman ideologi telah memulai tarikh rekayasa pembentukannya sedari manusia masih kanak-kanak. Drs Sunarto Msi asumsi ini, kemudian mempertalikannya dengan media anak-anak yang menurut perspektif dugaannya menjadi biang pendirus bias gender.

Substansi pemikiran inilah agaknya yang menggulirkan transformasi gagasan tersebut menuju realisasi penulisan. Suatu realisasi penulisan yang pada mulanya mengambil bentuk tesis S2 pada Program Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia-Jakarta.

Sunarto memiliki target humanis ketika memutuskan untuk memperluas wilayah edar publikasi tesisnya dalam bentuk buku. Pada kulit belakang buku, dia menulis: “Informasi yang bias gender akan sangat berbahaya bagi perkembangan sosial anak-anak pada masa depan dalam memandang keberadaan wanita. Upaya-upaya ideologis untuk membongkar nilai-nilai yang bias gender di media massa anak-anak mempunyai posisi strategis bagi pembentukan generasi yang egaliter, generasi yang memandang individu secara menyeluruh, tidak bersikap diskriminatif terhadap jenis kelamin tertentu. Dalam konteks demikian agaknya buku ini mencoba untuk menempatkan dirinya.”

Tentu saja anak-anak dalam tautan ini tidak menjadi sasaran langsung. Yang menjadi sasaran dari target humanis buku ini adalah kesadaran orang tua dan anak-anak itu. “Secara sosial, penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat umum, orang tua pada khususnya, terhadap bentuk-bentuk informasi yang bias gender dalam media anak-anak. Dengan terbentuknya kesadaran itu diharapkan dapat memberikan kontribusi pula upaya-upaya membentuk tatanan masyarakat yang lebih egaliter melalui penanaman nilai-nilai yang bebas bias gender pada media anak-anak.” (hlm 14).

Pada posisinya sebagai upaya ideologis dalam merestrukturisasi nilai-nilai yang terlalu berpihak pada dominasi patriarkis untuk bergerak pada kulminasi capaian ekuilibrium berupa tatanan yang egaliter secara proposional, agaknya substansi gagasan buku ini hendak mengambil peran pragmatisnya.

Kehadiran buku ini sekaligus juga menjadi semacam penanda kian panjang deretan khazanah referensi gender dengan guyuran kooptasi konsep feminisme. Kali ini dengan adonan yang sedemikian pas dan liat bersama langkah pengadopsian teori kritis.

Teori kritis itu, menurut pandangan Stephen W Littlejohn (Theories of Human Commnunication, 1966) berdasarkan kutipan Sunarto memiliki penanda kateristik. Adanya upaya pemahaman atas pengalaman kehidupan individu dalam konteks sosial kemasyarakatan pada kehidupan sehari-hari. Dan ketiga, adanya upaya sadar untuk menyatukan antara teori dan tindakan. (hlm 17).

Lalu mengapa pilihan subjek penelitiannya jatuh pada cerita anak-anak? Untuk menjawabnya, penulis buku ini mengutip pendapat Rhoda Unger dan Mary Crowford. Dalam pandangan penulis buku Women and Gender: A Feminist Psychology (1992) itu, lingkungan yang memiliki andil potensi besar dalam mencurahkan kooptasi bagi pengonstruksian steorotip gender salah satunya cerita-cerita dalam komunikasi peran gender yang disediakan oleh lingkungan keluarga, teman sepermainan, sekolah, berikut bacaan-bacaan.

Variasi penerimaannya dapat secara fleksibel diresepsi secara verbal-oral, verbal-tulis, verbal-audio, dan verbal-visual. Dan tak pelak lagi, cerita anak-anak dalam majalah sebagai bentuk informasi verbal-tulis dan verbal-visual merupakan media yang akrab dengan anak-anak, teristimewa mereka yang sudah mengenyam pendidikan dasar. (hlm 72-73).

Analisis isi kuantitaif dan analisis wacana menjadi jembatan epistemologis dalam perjalanan mencapai tujuan penelitian. Pengaplikasian analisis isi kuantitatif untuk menjawab tujuan menggambarkan kecenderungan  berbagai peran gender yang dijalankan oleh tokoh wanita dan pria dalam fiksi di majalah anak-anak selama periode  tahun 1970-an, 1980-an, dan 1990-an.

Penerapan analisis wacana untuk menjawab tujuan menjelaskan indikasi-indikasi ideologi gender dominan tertentu yang dilakukan tokoh wanita dan pria. Analisis wacana ini dikombinasikan dengan analisis naratif.

Buku dengan pengantar cerdas dari Melani Budianta dan Dhita Hapsarani ini memang bisa sebagai awal sebuah perjuangan ideologis untuk membebaskan ketertindasan kaum wanita dari peradabannya. (Jokomono)

Pemberontakan Petani Masa Lalu

 Dimuat di Suara Merdeka Minggu 11 Februari 2001


Judul buku : Pemberontakan Cimareme 1919, Perlawanan H Hasan terhadap Peraturan Pembelian Padi

Penulis: Chusnul Hayati

Halaman : 288 halaman

Tahun terbit : 2001

Penerbit : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

               Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Pemberontakan Petani Masa Lalu


SALAH satu permasalahan pembangunan di negara-negara berkembang , termasuk Indonesia, adalah bagaimana cara mencukupi kebutuhan pangan yang makin hari makin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membangun sektor pertanian, tetapi pada kenyataannya pembangunan ini belum berhasil mencapai tujuannya, yaitu mencukupi kebutuhan pangan dan yang tidak kalah penting adalah menaikkan pendapatan petani.

Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia secara umum masih meminggirkan peran petani. Yaitu petani diposisikan pada tempat yang lemah. Ternyata kebijakan yang tidak berpihak pada petani pun telah terjadi seak zaman penjajahan. Eksploitasi terhadap petani saat itu menjadi kebijakan pemerintah kolonial. Hal ini menimbulkan konflik yang memicu gerakan petani. Kasus Haji Hasan di Cimareme yang dikaji dalam buku ini merupakan salah satu bukti bahwa kesengsaraan para petani Jawa telah memaksa mereka melakukan perlawanan pada kolonial.

Karena itulah, studi tentang gerakan sangat penting untuk melihat mengapa sampai saat ini perekonomian di Indonesia belum mampu untuk mengubah nasib petani. Dan penerbitan buku yang semula tesis S2 Chusnul Hayati di UGM ini menjadi sangat tepat, karena telah berhasil mengangkat tema gerakan petani dalam penulisan sejarah Indonesia. Sebab, hasil penelitian di Cimareme ini dapat menunjukkan peran radikal petani melawan penguasa. Juga membuktikan tidak benar jika petani sama sekali bukan nonfaktor dalam sejarah.




Akibat Krisis

Perlawanan H  Hasan atau yang lebih dikenal dengan Peristiwa Cimareme ini terjadi di distrik Leles, di sebelah utara Kota Garut, pada tahun 1919. Walaupun peristiwa ini berlangsung singkat, sangat penting artinya sebagai salah satu gerakan petani pada awal abad ke-20. Ada beberapa unsur menarik yang diungkapkan dalam buku ini, seperti unsur perang sabil yang dilancarkan lewat gerakan petani, unsur protes oleh organisasi modern (SI) yang mencoba melibatkan diri dalam perlawanan.

Berawal dari adanya krisis ekonomi akibat gagal panen pada tahun 1918, masyarakat petani khawatir akan terjadi bahaya kelaparan (hlm 53). Kekerasan ini ditambah dengan kebijakan pemerintah kolonial yang mewajibkan petani menjual padinya kepada mereka sebanyak satu pikul setiap satu bau sawah. Bahkan, di Garut diterapkan empat pikul untuk setiap bau sawah (hlm 57-58). Kondisi inilah yang secara tidak langsung menimbulkan protes. Terutama para petani Garut yang merasa diperlakukan tidak adil atas penerapan peraturan ini.

Muncullah H Hasan yang memiliki kedudukan terhormat di masyarakat untuk mengajukan protes dengan menulis surat kepada Asisten Residen. Namun surat itu dibalas dengan ancaman. Tidak jera, dia masih berusaha menulis surat kembali kepada pemerintah, tapi tetap sia-sia. Protesnya tidak ditanggapi (hlm 74-76).

H Hasan pun mulai menyiapkan diri dari kemungkinan kebenaran ancaman tersebut. Dibantu oleh para santri di pesantrennya, dengan berpedoman perang yang akan mereka lakukan adalah “perang suci” melawan orang kafir, H Hasan dan pengikutnya siap melawan pemerintah.

Pada tanggal 4 Juli 1919 rombongan Asisten Residen dilengkapi dengan serdadu datang ke Cimareme untuk menangkap H Hasan. Namun penangkapan itu gagal. Selanjutnya untuk kali kedua dengan kekuasaan yang lebih besar, tepatnya 7 Juli, mereka datang ke Cimareme. H  Hasan tidak mau kompromi dengan rombongan ini, dan terjadilah insiden berdarah itu (hlm 85-95).

Setelah insiden itu, muncul reaksi pro dan kontra terhadap peristiwa tersebut. Bahkan, pemerintah bertindak berlebihan dengan menangkap setiap orang memasuki Cimareme, termasuk para wartawan (hlm 102-105).

Dalam pemeriksaan lanjutan tersingkap gerakan rahasia dari Afdeling B yang akan melakukan pemberontakan (hlm 133-151). Walaupun pada kenyataannya tidak terdapat hubungan  yang positif antara perlawanan H Hasan dan pemberontakan Serikat Islam (SI) Afdeling B.

Pada dasarnya kekerasan sebagai akhir dari perlawanan di Cimareme tidak terlalu kompleks. Tetapi pemerintah kolonial memandang sebaliknya, karena gerakan itu melibatkan seorang haji yang pada masa itu dipandang sebagai golongan fanatik yang berbahaya.

Penyampaian peristiwa secara runut dan apik, di samping memberikan sudut pandang yang berbeda, menjadikan buku ini sangat menarik untuk dibaca. Dan tentu saja buku ini sangat berharga bagi kita yang selalu ingin belajar dari sejarah. (Juli Winarni, alumnus Sejarah FIB Undip).

Eksploitasi Masyarakat Jawa Masa Kolonial

 Dimuat di Suara Merdeka Minggu 6 Mei 2001


Judul buku : Dampak Agro Industri di Daerah Persawahan di Jawa

Penulis: Sarjana Sigit Wahyudi

Halaman : 346 halaman

Tahun terbit : 2001

Penerbit : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

               Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Eksploitasi Masyarakat Jawa Masa Kolonial


BUKU ini membedah kembali dengan tenaga kecerdasan historiografi, raut peristiwa masa lalu di Jawa pada akhir abaf XIX hingga abad XX. Atmosfir suasananya tatkala sepak terjang pemerintah kolonial Belanda laksana vampire rakus menghisaphabis tuntas setiap potensi agroindustri, yang terkadang di tanah makmur dari suatu wilayah tempo dulu, termasuk Hindia Belanda.

Potensi agroindustri itu mencangkup komoditas dalam kutub kategorial sektor ekonomi Barat dan berdaya jual di pasaran internasioanal. Salah satu komoditas itu gula pasir yang mengusung konsekuensi penyewaan lahan-lahan persawahan untuk penanaman tebu.

Merujuk Bijlage XXV, terkuak representasi bukti betapa eksploitasi daerah persawahan untuk kepentingan industri gula pasir telah menghadirkan keresahan rakyat. Afdeling SidoarjoDistrik Gedangan tidak luput dari jangkauan imbasan keresahan sosial-ekonomi itu. JA Van Blommenstein, seorang kontrolir yang pernah bertugas di situ, dalam nota rahasianya menulis bahwa perekonomian rakyat di daerah itu hanya bersifat semu bentuk kemakmurannya, karena penghidupan masyarakat lebih ditentukan oleh nilai kredit (hlm 156).

Pemberontokan yang juga kesohor dengan Pemberontakan Gedangan ini mendapat porsi status sebagai moment opname dalam stadi buku ini.

Kendati Pemberontakan Gedangan itu akhirnya gagal, sedikitnya ada dua hal yang dapat dicatat. Pertama, Pemberontakan Gedangan itu jenis gerakan melawan ketidakadilan di lingkungan perkebunan dengan ciri-ciri masyarakat yang frontir dan cair terhadap sejumlah nilai, sehingga membubuhkan indikator kekhasan sifat tradisional pergolakan sosial pada masa itu.

Kedua, Pemberontakan Gedangan membuka cakrawala pandang penguasa kolonial sehingga mendorong good will untuk melakukan peninjauan kembali terhadap Kontrak Arends hingga masalah kesejahteraan masyarakat negeri jajahan (hlm 284-285).

Buku dengan kata pengantar Dr Sugianto Padmo MSc ini berhasil menghidupkan kembali nuansa suasana penetrasi yang menjerat kehidupan para petani pada akhir abad XIX hingga awal abad XX di Pulau Jawa.

Suatu langkah penetrasi kolonial yang beranak dari aplikasi perubahan hak milik tanah dengan aturan-aturan yang mengaksentuasi kehadiran sistem hukum Barat di Hindia Belanda. Berlanjut introduksi kepada masyarakat seputar komoditas yang laku di pasar pelbagai sektor kehidupan mereka. Terlebih ketika mesin eksploitasi lantas menjadi sukma kebijakan penguasa kolonial. (Jokomono)

Estetika Jurnalistik (Refleksi Teks Naratif, Tren Emoji, dan Praksis Etis)


Judul buku : Estetika Jurnalistik (Refleksi Teks Naratif, Tren Emoji, dan Praksis Etis)

Penulis : Amir Machmud

Halaman  : xvi+160

ISBN : 978-602-52809-4-8

Tahun terbit : 2019 

Penerbit  : Mimbar Media Utama  


Sinopsis:


Gaya jurnalistik masa kini boleh disebut memahkotakan kecepatan unggahan. Praktik berjurnalistik naratif, imajinatif yang indah akhirnya menjadi terkesampingkan. Wartawan sudah tidak punya cukup waktu lagi bermain-main dengan penikmatan keindahan teks. Padahal, materi atau peristiwa sepenting apa pun, apabila ditulis dengan bahasa seadanya, maka fakta itu akan terkesan menjadi seadanya. Sebaliknya, apabila peristiwa sederhana ditulis dengan bahasa yang enak, runtut, bergaya, akan menjadi penting dan menarik perhatian pembaca. Jurnalistik imaji dengan ciri khas kedalaman isi dan keindahan penyampaian tulisan, sejatinya tak boleh terpinggirkan oleh tren kebergegasan pengunggahan informasi dewasa ini, karena boleh jadi model-model itu yang akan menjadi pembeda kekuatan teks.

Pengakuan Gay Zadul

Dimuat di Suara Merdeka Minggu 2 November 2008

Judul buku : Gay Pilihan Jalan Hidupku, Pengakuan Seorang Priyayi Jawa Masa Penjajahan Belanda

Penyunting : Amen Budiman

Halaman : 234 halaman

Tahun terbit : 2008 

Penerbit : Mimbar Media Utama  Semarang


Pengakuan Gay Zadul


BUKU ini diterbitkan pada saat yang tepat, yakni ketika banyak orang bertanya-tanya mengenai tingkah gay yang menyimpang. Tak hanya dalam naluri seks, namun juga menyimpang dalam hal perilaku sosial.

Yang menarik, ini adalah penuturan seorang gay, Soetjipto, yang hidup di Surabaya pada masa penjajahan Belanda. Dari sini kita akan bisa menyimak apakah faktor setting sosial pada zaman itu bisa memengaruhi seseorang laki-laki untuk lebih suka terhadap sesama lelaki?

Soetjipto menuturkan kisah hidupnya sejak masih kecil hingga menginjak dewasa, terutama saat merasakan mempunyai perangai yang sangat ganjil. “Aku mengarang buku ini karena perbuatanku di dunia ini sangat ganjil.” (hlm 1).

Kisah Soetjipto dapat sampai ke tangan pembaca berkat ketekunan almarhum Amen Budiman, budayawan, peneliti, dan penulis sejarah. Teks ini adalah sebuah naskah autobiografi seorang homoseks priyayi Jawa pada awal abad XX. Sepanjang pengetahuan dia, inilah satu-satunya naskah autobiografi seorang homoseks dalam koleksi naskah Nusantara.

Dalam catatan Amen Budiman, sejak tahun 1920-an hingga 1930-an di beberapa kta di Indonesia telah terdapat cukup banyak homoseks. Mereka berasal dari beragam bangsa. Tidak hanya orang Belanda, tetapi juga Tionghoa, Arab, dan pribumi. Status mereka juga berbagai macam, mulai dari pegawai pemerintah, polisi, tentara, pedagang, penjahit, dokter, guru, wartawan, pegawai perusahaanperkebunan, dan lain-lain.

Dari apa yang dikisahkan Soetjipto ada beberapa hal yang dapat kita catat. Pertama, latar belakang sosial ternyata bisa memengaruhi seseorang laki-laki lebih tertarik pada lelaki.

Kedua, benarkah seorang gay sering lupa daratan saat jatuh cinta? Betulkah kehidupan mereka akhirnya sering amburadul tidak karuan? Benarkah akibat cinta, harta mereka sering ludes tiada tersisa? Dan benarkah karena cinta, mereka sering mata gelap, sampai-sampai melakukan pembunuhan dan akhirnya harus mendekam di penjara? Tak semua gay mempunyai kecenderungan seperti itu.

Soetjipto mengingatkan, “Bukan candu saja yang bisa membuat busuk. Suka dengan lelaki, jika tidak terjaga, juga bisa membuat busuk.” (M. Ali)

Sosok Birokrat, Dosen, dan Tokoh NU yang Punya Sikap

Dimuat di Suara Merdeka Minggu 2 September 2001 


Judul buku : Memori Kecil Drs H Achmad

Penyunting: Tavifrudi, Agus Fatuhuddin Yusuf, Amir Machmud

Halaman : x + 154 halaman

Tahun terbit : 2001 

Penerbit  : Mimbar Media Utama  


Sosok Birokrat, Dosen, dan Tokoh NU yang Punya Sikap


Dengan teknik penempatan angle orang pertama sebagai narator yang menuturkan kisahan demi kisahan berdasarkan perbendaharaan fakta-fakta kehidupan riil sang tokoh, secara teoritis buku ini layak berada dalam atmosfir eksistensinya sebagai karya autobiografi.

Paling tidak, pernyataan barusan sejalan dengan konsep pengertian autobiografi sebagai “biografi yang ditulis oleh tokohnya...atau kadang-kadang ditulis orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya” (Jakob Sumardo dan Saini KM, Apresiasi Kususastraan, 1986:23).

Pakar sejarah Taufik Abdullah pada kata pengantar buku Manusia dalam Kemelut Sejarah (1979:8) mengutip pandangan Aristoteles yang menyatakan bahwa betapa penentuan nilai manusia bukan karena kehancurannya, melainkan daya perjuangannya mempertahankan harkat diri. Pun demikian dengan substansi materi yang terkandung dalam buku autobiografi ini. 

Ia berpusar pada pendeskripsian tentang kegigihan Drs H Achmad, yang sejak 13 Maret 2000 menjabat Wakil Gubernur Jateng, dalam memperjuangkan harkatnya sebagai birokrat, dosen, dan tokoh NU yang punya sikap.

Gaya pengasuhan keluarganya yang keras tapi progresif merupakan modal aset awal pemberi kontur dasar pada sosok kepribadian tokoh ini. Bertolak arus dengan tren kebanyakan kalangan keluarga NU masa itu yang mengirim putra-putri mereka ke pondok pesantren, keluarganya terutama sang ayah (Shofwan),  tidak melarang ketika dia memutuskan untuk mengambil jalur yang berlainan dengan kelaziman teman-teman sebayanya.

Selepas Sekolah Rakyat (1950), dia membuat gebrakan dengan masuk SMP Kristen Bopkri Pati (lulus 1953). Dari sini dia melanjutkan ke SMA B Pati (lulus 1956), untuk kemudian ke Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta (lulus 1963).

Meskipun demikian, pondok pesantren bukan dunia yang sama sekali asing baginya, sekalipun tidak seintens teman-temannya sebaya dan sekomunitas dengannya pada masa itu. “Sewaktu SD atau SMP, saya seharusnya masuk ke pondok pesantren, tetapi samai kuliah pun saya tidak pernah belajar di pondok pesantren secara full time. Jadi, saya betul-betul telah melanggar tradisi di daerah saya yang ‘mengharuskan’ mendalami agama di pesantren.” (hlm 27). Berdasarkan kutipan ini jelas sudah, kendati tidak secara full time belajar di pesantren pernah dijalaninya.

Keberanian menantang arus itu dia tampakkan pada kemudian hari ketika menjabat Ketua NU Jateng. Pemimpin Umum/Redaksi Harian Wawasan H SoetjiptoSH menuturkan, “Sering dia berani mengambil sikap yang bertentangan atau melawan arus, termasuk dengan atasannya. Tentu saja dengan tujuan baik. Misalnya, ketika ada garis (komando) semua orang NU harus masuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tetapi Pak Achmad sebagai Ketua NU Jateng memilih mengayomi semua warga Nahdliyyin yang ada di partai lain.” (hlm 139-140).

Sikap Drs H Achmad yang senantasa ingin mengakomodasi aspirasi dari semua kalangan dalam kapasitasnya sebagai birokrat, rupanya tidak dapat lepas dari rujukan keteladanan dari sang ayah.

“Satu hal yang bisa diteladani dari Bapak adalah toleransi yang tinggi antarsesama, meski berbeda ras dan agama. Barangsiapa yang menanam kebajikan, maka akan menuai kebaikan pula. Dan Pik Gwat Gan adalah satu bukti dari semua itu.” (hlm 21-22)

Lalu pada bagian lain dia menyatakan, “Sebagai pedagang, Bapak mempunyai pergaulan yang sangat luas, dari wong cilik sampai priyayi. Meski status teman-temannya berbeda, Bapak tidak membeda-bedakannya. Bapak itu orang NU, tetapi juga akrab dengan teman-teman dari Muhammadiyah. Dan bagi beliau, ini merupakan modal kepercayaan yang harus dibangunnya kepada semua orang.” (hlm 23-24).

Buah dari keteladanan sang ayah itulah, pada kemudian hari antara lain terungkap dari pernyataan pengusaha toko dan angkutan di Kelet, Keling, Jepara, yang bernama Joe Tong Sin. Sahabat semenjak kecil H Achmad ini menyatakan,  “Dia..tidak pernah berdebat tentang perbedaan agama dengan teman-teman yang beragama lain, seperti saya dengan dia. Untuk urusan ini dia sangat toleran. Dan setiap ada teman yang mengalami kesulitan, dengan ringan dia membantu.” (hlm 146).

Demikianlah sedikit penggalan substantif yang terkandung dalam buku autobiografi ini. Dengan sudut pandang narator akuan (dalam teks narator  menggunakan pronomina “saya”) dan mobilitas bahasa yang lincah dan memiliki kedekatan dengan aroma literary style, lengkaplah makna kehadiran trio penynting yang keseharian mereka akrab menggeluti jagad keredaksian di harian Suara Merdeka sebagai produk bacaan yang relatif bergizi humanisme tinggi. (Jokomono)

Ketidakpuasan Sekuler dalam Gerakan Keagamaan

Dimuat di Suara Merdeka Minggu 27 Mei 2001


Judul buku ; Pemberontakan Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen 1950

Penulis     : Prof Dr Singgih Tri Sulistyono

Halaman  : 288 halaman

Tahun terbit : 2001

 Penerbit  : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

                  Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Ketidakpuasan Sekuler dalam Gerakan Keagamaan


SEBUAH sejarah yang memiliki kualitas optimal tentu bukan sekadar membeber deretan fakta historis dengan perekat imajjinasi dalam batas-batas toleransi yang tidak terlalu mendestruksi esensi kebenarannya.

Buku Prof Dr Singgih Tri Sulistyo yang semula skripsi S1 di Jurusan Sejarah FIB Undip ini memberikan ruang gerak lebih dari sekadar upaya kaji deskriptif naratif untuk ukuran karya ilmiah pada levelnya.

Buku ini memang tidak mengumbar sifat deskriptif naratif. Suatu sifat pengkajian yang menurut Sartono Kartodirdjo memiliki distansi dengan entitas penulisan sejarah kritis dengan gaya neocientific dan pendekatan multidimensional (hlm 10).

Konsekuensi pada prosedur metode, buku ini tidak berhenti pada penghimpunan jejak-jejak masa lampau (heuristik) hingga penelitian atasnya (kritik), tetapi melaju ke upaya penetapan makna dan saling hubungan fakta-fakta temuan (interpretasi) dan penyampaian sintesis dalam pengisahan  (historiografi).

Buku ini juga hendak menempatkan fakta historis pada proporsi semestinya sebagai peristiwa searah. Karena itu, buku ini menghindari tinjauan dan pendekatan deterministik pada aspek ideologi  dan kepentingan tertentu. Dengan noktah keberangkatan konsepsi sedemikian itulah buku ini berkiprah pada analisis aspek-aspek kondisional suatu fakta historis. Dan fakta historis itu, pemberontakan Angkatan Umat Islam (AUI) di Kebumen pada masa segera setelah berakhir revolusi kemerdekaan.

Pada pengantar di buku ini, Prof Dr HM Amin Syukur MA antara lain menulis bahwa berkat penerapan pendekatan multidimensi hasil pengembangan pakar sejarah terkemuka Indonesia Sartono Kartodirdo, penulis buku ini berhasil melukiskan AUI bukan saja tidak monoton, melainkan juga menunjukkan betapa simbol agama seperti perang jihad melawan kekuatan kafir bukan satu-satunya faktor utama pemicu pemberontakan  (hlm xviii).

Sejarah memang menaruh fakta, keperawanan gerakan keagamaan acapkali ternoda ketidakpuasan sekuler. Boleh jadi tidak terlalu keliru asumsi yang menyatakan gerakan keagamaan merupakan sarana efektif untuk melembagakan ketidakpuasan yang sebetulnya bersifat sekuler (hlm 58).Asumsi ini melegitimasi kemungkinan aspek-aspek ekonomi menjadi energi motivasi gerakan keagamaan itu. Demikian pula pemberontakan AUI, tidak sama sekali bersih dari jjamahan aspek-aspek tersebut.

Menjelang letusan pemberontakan AUI, kondisi ekonomi masyarakat Kebumen benar-benar terpuruk. Puncaknya pada kisaran 1947-1950, ketika terjadi ketidakstabilan harga barang, niai Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) merosot, peredaran uang palsu kian merajalela (hlm 54). Kebobrokan ini berimbas ke dimensi sosial, memaksa masyarakat yang tidak memiliki tanah bersirobok dengan dua alternatif solusi “menjadi garong atau menerima nasib secara pasif dan menderita” (hlm 55).

Kebangkrutan sosial-ekonomi yang sedemikian parah, sehingga pada gilirannya menggugah keresahan sosial dari kelelapan tidur masyarakat, menyebabkan mereka mudah terjebak dalam pergolakan sosial dengan menggunakan ideologi politik tertentu atau unsur-unsur keagamaan (hlm 55).

Tidak salah argumen Sartono Kartodirdjo dan Paul Wilkinson yang memiliki kesenadaan teori bahwa keresahan sosial itu dapat berkembang menjadi pemberontakan, sedangkan gerakan sosial dan pemberontakan dapat mempercepat keresahan sosial (hlm 76-77).

Faktor politik antara lain beranjak picu dari ketidakpuasan dari Perjanjian Linggarjati, Renville, Roem Royen, dan KMB. Kelompok sayap kanan terutama Islam termasuk AUI menganggap perjanjian-perjanjian itu bukan hanya merugikan kedaulatan RI, melainkan juga merupakan pengabaian terhadap korban-korban Islam yang meneriakkan perang jihad. Mereka harus tunduk pada orang-orang komunis yang sangat mereka benci. Karena itu, kedua golongan tersebut di Kebumen saling menjelekkan sehingga membuat suasana politik Kebumen bertambah panas (131-132).

Sebagai gerakan berlabel agama, tentu saja AUI tidak lepas dari faktor tersebut. Gerakan itu berkaitan akrab dengan kesadaran para pengikutnya, melenyapkan campur tangan orang-orang kafir dari negara Indonesia, baik Belanda dan antek-anteknya maupun pengkhianatan ateis komunis dan orang-orang yang bekerja sama/membantu mereka (hlm 92).

Dengan demikian, masuk akal kalau ada sinyalemen bahwa di dada para pejuang AUI itu terkandung semangat untuk memperjuangkan agar aturan-aturan Islam berjalan dalam masyarakat atau minimal hukum tidak bertentangan dengan Islam.

Pemberontakan AUI memang bukan pemberontakan besar. Lokasinya pun terbilang hanya di Desa Somalangu dan sekitarnya, bukan seluruh wilayah Kebumen. Kendati demikian, tidak kurang dari 2.000-an jiwa melayang ke alam baka, 3.000-an lainnya terpaksa meringkuk dalam penjara. Mereka itu tumbal konflik yang muncul dari rahim antagonisme laten dengan tekstur pergulatan antarelite formal dengan nonformal, tradisionalis dan modernis, santri dan abangan. Dan buku ini mampu merekam semua itu dengan kecerdasan historiografi. (Jokomono)





Serat Wedhatama: Sebuah Masterpiece Jawa dalam Respons Pembaca

Dimuat di Suara Merdeka Minggu 29 April 2001


Judul buku      Serat Wedhatama: Sebuah Masterpiece Jawa dalam Respons Pembaca

Penulis           :    Yusro Edy Nugroho

Halaman         : 149 halaman

Tahun terbit     : 2001

Penerbit           : Kerja Sama Mimbar Media Utama  dan 

                          Yayasan Adikarya Ikapi serta The Ford Foundation.


Jejak Resepsi Kreatif Wedhatama

TEKS (sastra) memang memiliki kemantapan tertentu, perlu dibaca, dan ditafsirkan menurut keutuhan strukturnya dan kebulatan makna intrinsiknya (Teeuw, 1980).Namun, berkat sifat dan potensinya, teks itu juga terbuka untuk perubahan berkat pembacaan  dan penafsiran pembaca. Dalam resepsi atau sambutan pembaca, perubahan teks dapat dilihat dari berbagai bentuk, terutama dalam penyalinan, penyaduran, dan penerjemahan.

Lewat buku tipis yang semula merupakan skripsi S1 Sastra Jawa UGM ini, Yusro Edy Nugroho telah berusaha menunjukkan jejak reaksi pembaca Serat Wedhatama terhadap karya besar KGPAA Mangkunegara IV itu.

Tidak berlebihan jika Yusro menjadikan Wedhatama sebagai objek kajian. Sebab, karya sastra pawulang ini dalam masyarakat Jawa tidak saja amat termasyur daam sekala spasial, tetapi juga dalam dimensi temporal. Wedhatama telah dan masih dianggap penting sebagai bahan rujukan ketika siapa pun menyoal pembentukan tata nilai kehidupan manusia Jawa.

Dalam konteks seperti itu, Wedhatama tidak luput dari resepsi para pembacanya. Respons para pembaca itu kemudian dikonkretkan menjadi sejumlah naskah yang berisi turunan teks dan interpretasinya.

Dengan analisis struktural, Yusro telah memulai kajian dengan berusaha mengenalkan (kembali) bentuk struktur dan mekanisme Wedhatama sebagai wacana sastra secara utuh. Berawal dari membandingkan lima teks Wedhatama berdasarkan jumlah bait dan bunyi beberapa teks tertentu, Yusro mulai memperlihatkan keberagaman horizon harapan pembaca.

Selanjutnya dengan berpedoman pada pembagian kawasan penelitian sastra dalam tiga bagian menurut aspek verbal, sintatik, dan aspek semantik, dibedakan struktur Serat Wedhatama. Pada struktur irama dan bunyi, penggunaan perulangan dan purwokanti secara umum merupakan ciri-ciri melodius karya ini. Sejumlah kata yang disusun yang melahirkan aliterasi dan asonansi yang begitu panjang, adalah esensi estetika yang telah diciptakan oleh pengarang Wedhatama (hlm 37).

Dalam struktur sinteksis, dia memerikan Wedhatama dalam beberapa topik secara beruntun, yakni komplikasi yang berisi kritik atas kondisi zaman dan pertentangan baik-buruk (pangkur) konsep dasar melalui peneladanan atau introspeksi (sinom), konklusi hakiki (pocung), pencapaian laku atau klimaks (gambuh), dan aktualisasi (kinanti) (hlm 39-45).

Pada tingkat pembacaan yang luas, Wedhatama akan dibaca dalam kaitan dengan kenyataan-kenyataan lain di luar dunia sastra, tanpa meninggalkan sendi-sendi estetis sebagai karya didaktik Jawa. Dengan sejumlah keunggulan dalam sisi estetika serta fungsi maknanya, menurut pendapat Yusro, Wedhatama berpotensi besar untuk tetap bertahan sebagai karya sastra yang terus-menerus dibaca sepanjang zaman.

Ada lima karya resepsi yang dijadikan sebagai sampel penelitian itu. Kecuali alasan bahwa lima karya itu “cukup mewakili” tanggapan pembaca terhadap teks Wedhatama , tak ada alasan lain yang dikemukakan sang penulis soal pemilihan “hanya” lima sampel itu.

Karena itu, patut dipertanyakan pula tentang eksistensi karya resepsi Wedhatama yang sering hadir dalam tradisi lisan, sekalipun kemunculannya sering dalam beberapa bagian saja. Bukankah tak jarang pagelaran wayang kulit, tradisi macapatan, ataupun kidungan menjadi ajang untuk melakukan resepsi secara kreatif terhadap karya KGPAA Mangkunegara IV tersebut?

Selain itu, akan terasa lebih lengkap jika setiap sampel dianalisis berdasarkan struktur formal, satuan naratif, tataran semantik, tataran baca, konteks, dan hubungan antarteks untuk menunjukkan dinamikanya, bukan secara fragmentaris. Demikian pula mengenai proses “penjawaannya”, untuk mengetahui proses penciptaan, asal-usul, dan tingkat ketergantungan terhadap teks dasar.

Memang, Yusro bukan tidak melakukan hal itu dalam buku ini. Sebagian (besar?) telah ia tunjukkan, atau paling tidak ia telah meretas jalan ke situ. Dalam konteks itu pula, sebenarnya buku ini memberikan andil yang cukup besar. Tidak saja bagi para peneliti yang hendak lebih intens mengkaji Serat Wedhatama dan karya sastra Jawa klasik lain, tetapi juga para pencinta yang hendak membangun kebulatan pemahaman terhadap Wedhatama. 

Karena itulah, kehadiran buku ini menjadi cukup bermakna di tengah-tengah khazanah pustaka sastra dan budaya Jawa. (Sucipto Hadi Purnomo)




40 Tokoh Inspiratif Jateng 2023























KATALOG

Judul Buku:           : 40 Tokoh Inspiratif Jateng 2023

Penulis/Editor        : Tavifrudi dkk

Penerbit                 : Mimbar Media Utama

Tebal Halaman       : 254 hlm

 Ukuran Buku        : 17 x 25 cm

Sinopsis:         

    Empat puluh tokoh terpilih di Jawa Tengah di buku ini sangat layak untuk ditulis kehidupan dan kiprahnya serta prestasinya dalam memajukan Jawa Tengah. Banyak hal yang sudah dilakukan mereka untuk Jawa Tengah. Pencapaian itu tentu sebuah ketekunan yang layak untuk dikisahkan sebagai warisan inspirasional dan keteladanan.

    Kami yakin buku Tokoh Inspiratif Jateng 2023 ini akan memberikan manfaat.  Bisa menjadi salah satu cara untuk memupuk motivasi. Kabar baiknya adalah Jawa Tengah punya banyak tokoh dengan cerita kehidupan yang sukses dan inspiratif. Cerita kehidupan itu dikemas dengan bahasa mengalir, yang tentu akan membuat pembaca bisa menikmatinya dengan lebih mudah. 

    Membaca buku Tokoh Inspiratif  Jateng 2023 ini kita bisa menjadi termotivasi untuk menapaki jalan yang sama. Kisah inspiratif 40 tokoh di buku ini juga bisa memperkaya pengetahuan. Kita  bisa memetik pelajaran tentang bagaimana cara para tokoh Jateng  menghadapi tantangan dan krisis.

COMPANY PROFILE MIMBAR MEDIA UTAMA

Salam sejahtera,

Izinkan kami memperkenalkan CV Mimbar Media Utama, yang merupakan perusahaan di bidang percetakan/penerbitan, desain grafis, serta periklanan. 

Mimbar Media Utama didirikan oleh para profesional yang mempunyai kompetensi di bidangnya, yang juga jurnalis di harian Suara Merdeka, pada 8 Januari 2001.

Kami berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi klien dan selalu berkarya dengan hati, sesuai dengan moto kami: Berkarya dengan Hati. 

Harapan kami, tentu klien mempunyai brand experience yang baik saat mendapatkan layanan produk/jasa dari kami.

Client List Periklanan/Buku/Majalah

Seiring dengan perkembangan zaman yang makin maju, setiap individu/lembaga dituntut untuk lebih jeli dalam menjalankan kegiatan/usahanya. Banyak lembaga/perusahaan saat ini memerlukan rekanan untuk membantu menyediakan media untuk mempromosikan brand maupun produk-produk ataupun mengiklankan dengan tepat sasaran di media massa.

Kami melihat ini sebagai sebuah kesempatan untuk dapat membantu rekanan dalam menjalankan kegiatan/usaha guna  mempromosikan brand dengan seefisien mungkin, dan dengan hasil maksimal yang bisa kita raih bersama.


Semarang, 15 Juni 2022

CV Mimbar Media Utama


Tavif Rudiyanto

Direktur

Banyumas, antara Jawa dan Sunda

 Judul: Banyumas, antara Jawa dan Sunda  Penulis: Sugeng Priyadi Penerbit: Kerja Sama Penerbit Mimbar dan The Ford Foundation-Yayasan Adikar...